Totok syaraf

pengobatan syaraf kejepit, HNP, Vertigo, low back pain

Saraf terjepit di tulang belakang

SEBAGIAN  orang sering mengalami gangguan nyeri di bagian tulang belakang. Rasa nyeri itu

menyerang bagian leher, punggung atau pinggang. Konon, rasa nyeri itu akibat saraf  terjepit. Sebenarnya, penyakit

apakah itu?

Penyakit saraf terjepit dalam bahasa medis disebut Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Penyakit ini merupakan gangguan saluran saraf pada tulang belakang lantaran ada perubahan bantalan tulang (discus invertebralis) yang menonjol. Bantalan tulang tersebut terletak di antara tulang belakang (menempel pada tulang), berbentuk kenyal dan berfungsi sebagai peredam getaran saat tulang belakang beraktivitas.

Secara umum, tulang belakang manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian leher, bagian punggung serta bagian pinggang (panggul). Di antara ketiga bagian ini, bagian punggung jarang bergerak, karena di punggung ada tulang iga yang kokoh. Sedangkan di bagian leher dan pinggang, banyak terjadi aktivitas, sehingga sering timbul masalah di tempat tersebut. Salah satunya, adalah penyakit saraf terjepit itu.

Perubahan bantalan tulang yang tadinya kenyal menjadi lunak akibat berbagai faktor seperti umur dan aktivitas itu menyebabkan bantalan tersebut yang tadinya berukuran tebal menjadi lebih pipih. Akibatnya, tepian bantalan tersebut menjadi lebih lebar dan membentuk tonjolan. Kemudian, tonjolan tersebut mendesak saluran saraf yang berada di antara tulang. Semakin besar bentuk tonjolan, semakin berat pula tekanan yang diberikan pada saraf sehingga menimbulkan efek saraf terjepit.

”Disebut saraf terjepit karena aliran saraf di sum-sum tulang belakang ditekan oleh tonjolan bantalan tulang belakang. Ini penyakit degenerasi, yaitu penyakit yang terjadi akibat proses penuaan,” terang dr Zainal Muttaqin, Sp BS,PhD.

Dokter spesialis bedah saraf di RS Dr Kariadi Semarang itu menyebutkan, penyebab utama penyakit HNP adalah faktor usia (penuaan). Namun, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan seseorang menderita HNP, di antaranya tekanan perut tinggi serta aktivitas yang terlalu berat.

”Yang saya maksud dengan tekanan perut tinggi itu seperti seseorang yang mengejan terlalu kuat saat buang air besar, pasien yang sering batuk dalam waktu yang lama, atau pasien obesitas. Tak terkecuali, orang-orang yang terlalu sering naik tangga juga berpotensi terkena HNP, karena saat naik tangga, tumpuan berat tubuh ada di tulang belakang,”  imbuh pria berusia 55 tahun itu.

Kendati faktor usia ditengarai sebagai penyebab utama, orang berusia di bawah 40 tahun juga bisa terkena HNP. Penyebabnya disebut-sebut karena faktor genetik. Namun, pihak medis belum bisa menemukan genetik seperti apa yang berperan.

Gejala Penyakit HNP

Gejala penyakit HNP tergantung di mana lokasi penyempitan aliran saraf tulang belakang. Jika penyempitan akibat bantalan tulang menonjol di bagian leher, gejala yang muncul berupa gangguan di bagian anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah (tangan dan kaki), karena di leher terdapat saraf anggota gerak dan saraf pembawa rasa. Gejala tersebut berupa nyeri dan kelemahan pergerakan tangan dan kaki.

Sedangkan jika penyempitan terjadi di bagian punggung, gejala yang terjadi berupa  nyeri, kesemutan dan terjadi kesulitan pergerakan anggota gerak di bagian bawah (kaki). Namun, jika penyempitan terjadi di bagian pinggang, di mana hanya ada aliran saraf pembawa rasa (tidak ada saraf komponen anggota gerak), maka gejala yang terjadi hanya rasa nyeri.

Untuk memastikan diagnosa apakah pasien menderita HNP, perlu dilakukan MRI (Magnetic Resonance Imaging), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi radio.

”Kebanyakan kasus HNP terjadi di pinggang, sehingga tidak ada risiko kelumpuhan anggota gerak, hanya rasa nyeri saja. Setelah itu, banyak ditemukan kasus HNP di leher dan terakhir paling sedikit ditemukan di punggung, karena punggung jarang bergerak,” lanjut dr Zainal.

Lantas, bagaimana langkah pengobatan untuk mengatasi penyakit saraf terjepit atau HNP ini? Yang pertama, pasien bisa meminum obat anti sakit. Perlu digarasibawahi, obat tersebut hanya meredakan rasa sakit akibat tonjolan, bukan menghilangkan tonjolan tersebut.

Kemudian, jika setelah mengonsumsi obat masih terasa sakit, langkah berikutnya, pasien dianjurkan melakukan fisioterapi atau rehabilitasi medik. Fisioterapi merupakan pemberian pemijatan dan getaran setrum untuk mengintervensi saraf yang terjepit. Fungsinya, untuk mengatasi rasa nyeri dan mengendorkan otot-otot yang kram akibat penonjolan bantalan tulang.

Namun, bila fisioterapi sudah dilakukan berulang kali namun belum membuahkan hasil, pilihan terakhir adalah tindakan bedah atau operasi. Pembedahan yang dilakukan berupa pengangkatan tonjolan di bantalan tulang belakang.

Nah, untuk mencegah terjadinya tonjolan di bantalan tulang, ada baiknya Anda mengurangi aktivitas berlari dan melompat terlalu sering. Aktivitas tulang belakang yang paling baik adalah berenang. Sedangkan bagi penderita HNP, ada keterbatasan aktivitas yang perlu dipatuhi agar rasa nyeri luar biasa tidak muncul kembali.

sumber: Suara Merdeka

 

Rasa nyeri hebat atau gangguan lain yang dirasakan pada tulang belakang oleh sebagian masyarakat terkadang masih dianggap remeh dan tidak diperhatikan.

Padahal sejatinya masalah yang terjadi pada tulang terlebih bagian belakang sebenarnya bukanlah masalah sepele. Nyeri tulang belakang adalah nyeri pada bagian belakang setinggi pinggang. Nyeri itu dapat menjalar maupun terlokalisir.

Penyebab nyeri itu dapat diakibatkan adanya gangguan pada struktur tulangnya, bantalan tulang atau otot-otot yang terlibat dalam menunjang tulang belakang itu sendiri atau akibat gangguan kejiwaan berupa psikosomatik.

Angka kejadian nyeri pinggang ini makin meningkat seiring dengan kemajuan industri di suatu negara atau perubahan pola aktifitas masyarakatnya. Penderita kelainan ini paling banyak pada usia produktif antara 20-45 tahun.

Hal ini sangat mengganggu produktifitas penderita maupun perusahaan yang mempekerjakannya. Penyebab hal itu akibat prolapsnya bantalan tulang belakang. Pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan wanita, hal ini mungkin diakibatkan laki-laki lebih banyak beban kerja yang beresiko.

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Peni Kusumastuti, SpRM, menjelaskan, permasalahan tulang belakang adalah suatu hal yang rumit.

“Tulang belakang terdiri dari struktur yang kompleks, yaitu terdiri dari tulang belakang itu sendiri, jaringan bantalan, otot jaringan ikat, persendian, dan syaraf,” kata Peni.

Peni menambahkan, kalau salah satu struktur rusak maka struktur lain akan ikut terganggu. Jika ada bantalan yang rusak atau sakit, akan memengaruhi sistem persendian. Tulang belakang atas dan tulang belakang bagian bawah akan menekan bantalan tersebut dan menyebabkannya tidak stabil.

Jika keadaan tersebut terus dibiarkan, lama-kelamaan akan terjadi pengapuran pada tulang belakang.

“Belum lagi kalau ada syaraf yang terjepit, permasalahannya akan semakin akut. Rasa sakitnya bukan dapat terjadi pada bagian tulang belakang, bisa juga dirasakan pada ujung kaki,” tambah dia.

Jika hal terus dibiarkan, lanjut dia, produktivitas seseorang dapat terganggu. “Rasa nyeri pada tulang belakang dapat menganggu seseorang dalam bekerja dan berdampak pada perusahaan juga,” kata Peni.

Masalah nyeri tulang belakang adalah hal rumit, untuk mengatasi permasalahan itu memerlukan penatalaksanaan yang tepat.

“Kita tidak bisa langsung memutuskan cara penanganan dalam waktu yang singkat, dan memerlukan tim terpadu yang terdiri dari multidisiplin ilmu untuk menentukan penyebab dan penanganan yang tepat,” terang Peni.

Tak selalu operasi

Sementara itu, Spesialis Bedah Saraf dari SW Rehabilitation Center , Jakarta, Dr.0Agus Yunianto, Sp.BS menjelaskan untuk mengatasi nyeri dilakukan pain management, yaitu tindakan untuk mencari sedetail mungkin sumber nyeri dan dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi nyeri tersebut.

Selama ini, ada anggapan atau ketakutan di masyarakat bahwa nyeri karena saraf terjepit pasti harus dioperasi yang bisa melumpuhkan.

“Itu salah. Dengan pain management, nyeri dikelola supaya hilang atau bisa dikurangi, tidak harus dengan operasi,” jelas Agus lagi.

Bahkan, 80% pasien dengan nyeri di tulang belakang (leher, punggung sampai pinggang) bisa sembuh tanpa operasi.

Ini karena sebagian besar nyeri dikarenakan penyakit degeneratif biasa. Mungkin hanya dengan mengubah sikap atau kebiasaan, seperti kebiasaan duduk atau posisi tidur yang salah.

Bisa juga karena overweight, sehingga secara gravitasi tulang belakang menahan beban tubuh yang lebih berat. Kebiasaan lain seperti merokok juga bisa membuat tulang keropos, begitu juga olahraga yang salah.

sumber : inilah.com

January 16, 2013 Posted by | Uncategorized | , , , , , | Leave a comment